Akankah 'Amalku diterima?
Penulis asal: Al fadhil Ustadz Abdurrahman Lombok
Sumber: Majalah As Syariah Online.com
Kategori: Manhaji (270403, 19:31:39)
Translasi, edit mini & olah kembali: Bintu Yusof
Ba’da tahmid wassalam,
Dido’akan moga ALLAH mengurniakan keberkatan
pada Ustadz Abdurrahman atas inisiatifnya dalam
penulisan tazkirah ini, alhamdulilLAH, bicara dakwahnya
ini menjadi buah manfa’at bagi saya serta para pembaca
sekalian. Mohon panduan ILAHI, moga usaha ini terpelihara
di landasan yang syar’ie, moga olah tulis kembali ini
dapat memberi kemudahan pada para pembaca dalam
menangguk buah ilmu.
Mana yang sukar difahami telah saya usaha permudah
bahasakan, mana buah bicara al fadhil ustaz yang nyata,
jelas dan mudah saya kekalkan dan mana dalil pengukuhan
serta uraian hujjah yang dikira bagus, sesuai dan bermanfa’at
saya selitkan bersama. AlhamdulilLAH, al fadhil ustaz
punya kedalaman ‘ilmu, luas pembacaan, dan panjang
pentarbiyahannya, mubarak ‘alaik! Manakala saya, bak kata
papa ibarat anak kecil yang baharu merangkak-rangkak..
(pastinya ada yang sudah terbiasa dengan pesan papa ini)..
walLAHU’ALAM. Saudara/riku, maafkan saya sekiranya
masih punya kekurangan, tunjuk ajarilah saya, sungguh saya
ini masih belajar dan belajar terus belajar insyaALLAH.
BismilLAH..
Ber’amal sholeh sememangnya penting kerana ia adalah
penanda aras keberkesanan Iman setiap Muslim. Namun,
yang tak kalah penting adalah mengetahui persyaratan agar
‘amal tersebut diterima di sisi ALLAH Subahanahu wa Ta’ala.
Jangan sampai ibadah yang kita lakukan membuatkan ALLAH
murka kerana ia tidak memenuhi syarat yang ALLAH Ta’ala
dan Rasul-NYA tetapkan.
Dalam mengharungi lautan hidup ini, banyak duri dan kerikil
yang harus kita singkirkan satu demi satu. Demikianlah
sunnatulLAH yang berlaku pada hidup setiap insan. Di
kalangan kita ada yang berjaya menyingkirkan duri dan
kerikil itu sehingga selamat di dunia dan di Akhirat. Namun,
banyak juga yang tidak mampu menyingkirkannya sehingga
mereka terkapar-kapar dalam kubang kegagalan di dunia
dan Akhirat.
Kerikil dan duri-duri hidup memang telalu banyak. Maka,
untuk menyingkirkannya memerlukan waktu yang sangat
panjang dan pengorbanan yang tidak sedikit. Kita takut
seandainya kegagalan hidup kita berakhir dengan murka
dan neraka ALLAH Subahanahu wa Ta'ala. Di sa’at itu,
akan dapatkah menyelamatkan diri lagi, sementara
kesempatan sudah tidak ada? Dan adakah akan ada yang
merasa kasihan kepada kita padahal setiap orang bernasib
sama?
Saudara/riku yang dirahmati ALLAH,
Sebelum semua itu terjadi, manfa’atkanlah kesempatan
yang terhampar bagi menjawabnya sekaligus berusaha
menyingkirkan duri dan kerikil hidup tersebut. Sesungguhnya,
tidak ada cara yang terbaik kecuali kita kembalikan
kepada agama kita dan menempuh bimbingan ALLAH
Subahanahu wa Ta’ala dan Rasul-NYA. ALLAH
Subahanahu wa Ta’ala telah menjelaskan di dalam
Al Qur’an bahawa satu-satunya jalan itu adalah dengan
berIman dan ber’amal kebajikan. ALLAH berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan
orang-orang yang saling menasihati dalam kebaikan dan
saling menasihati dalam kesabaran.” (Al ’Ashr: 1-3)
Sumpah ALLAH Subahanahu wa Ta’ala dengan masa
menunjukkan bahawa waktu bagi manusia sangat berharga.
Dengan waktu seseorang dapat memupuk Iman dan memperkaya
diri dengan ‘amal sholeh. Dan dengan waktu pula seseorang
dapat terjerumus dalam perkara-perkara yang di murkai
ALLAH Subahanahu wa Ta’ala. Empat perkara yang
disebutkan oleh ALLAH Subahanahu wa Ta’ala di dalam
ayat ini merupakan tanda kebahagiaan, kemenangan,
dan keberhasilan seseorang di dunia dan di Akhirat.
(*Keempat-empat perkara tersebut adalah: “Demi masa.
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali
(1) orang-orang yang beriman dan (2) beramal sholeh,
dan (3) orang-orang yang saling menasihati dalam
kebaikan dan (4) saling menasihati dalam kesabaran.”)
Keempat-empat perkara inilah yang harus dimiliki dan
diketahui oleh setiap orang ketika harus bertarung dengan
kuatnya badai kehidupan. Sebagaimana disebutkan
Syaikh Muhammad Abdul Wahab dalam kitabnya
Al Ushulu Ats Tsalasah dan Ibnu Qoyyim dalam
Zadul Ma’ad (3/10), keempat-empat perkara tersebut
merupakan cara-cara untuk menyelamatkan diri dari
hawa nafsu dan melawannya ketika kita dipaksa
terjerumus ke dalam kesesatan.
Iman Adalah Ucapan dan Perbuatan
Mengucapkan “Saya berIman”, memang sangat mudah
dan ringan di mulut. Akan tetapi bukan hanya sekadar
ucapan itu yang menanda sempurnalah Iman seseorang
itu. Ketika mengisytihar dan mengakui bahawasanya
dirinya berIman, maka seseorang itu seharusnya sedar
yang ia punya pertanggungjawaban dan konsekuensi (kesan)
yang mesti ia sanggupi, yang harus dijalankan dan ujian
yang harus diterima. Dalam erti kata lain, ia punya
kesiapan untuk melaksanakan segala apa yang
diperintahkan ALLAH dan Rasul-NYA baik berat
atau ringan, disukai atau tidak disukai.
Konsekuensi (kesan) Iman ini pun banyak macamnya.
Antaranya ialah:
1. Kesiapan menundukkan hawa nafsu dan mengekangnya
untuk selalu berada di atas redho ALLAH .
2. Mengutamakan apa yang ada di sisi ALLAH
dan menyingkirkan segala sesuatu yang akan menghalangi
kita dari jalan ALLAH.
3. Memperbudak diri di hadapan ALLAH dengan
segala unsur pengagungan dan kecintaan pada-NYA.
4. Mengamalkan seluruh syariat ALLAH.
5. Menerima apa yang diberitakan oleh ALLAH dan
RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam tentang
perkara-perkara ghaib dan apa yang akan terjadi pada
umat baginda.
6. Meninggalkan segala apa yang dilarang ALLAH
dan RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam.
7. Memuliakan orang-orang yang melaksanakan
syari’at ALLAH, mencintai dan membela mereka.
8. Dan kesiapan untuk menerima segala ujian dan
cubaan dalam mewujudkan keImanan tersebut juga
merupakan konsekuensi dari Iman itu sendiri.
ALLAH berfirman di dalam Al Qur’an:
“Alif lam mim. Apakah manusia itu menyangka
bahawa mereka dibiarkan untuk mengatakan kami
telah berIman lalu mereka tidak diuji. Dan sungguh
kami telah menguji orang-orang sebelum mereka
agar Kami benar-benar mengetahui siapakah di
antara mereka yang benar-benar beriman dan
agar Kami mengetahui siapakah di antara mereka
yang berdusta.” (Al Ankabut: 1-3)
Imam As Sa’dy dalam tafsir ayat ini mengatakan:
“ALLAH telah memberitakan di dalam ayat ini tentang
kesempurnaan hikmah-NYA. Termasuk dari hikmah-NYA
bahwa setiap orang yang mengatakan “aku berIman”
dan mengaku pada dirinya keImanan, tidak dibiarkan
berada dalam satu keadaan saja, selamat dari segala
bentuk fitnah dan ujian dan tidak ada yang akan
mengganggu keImanannya; kerana seandainya
perkara keImanan itu demikian (tidak ada ujian
dan gangguan dalam keimanannya), nescaya tidak
dapat dibezakan mana yang benar-benar berIman
dan siapa yang berpura-pura, serta tidak akan dapat
dibezakan antara yang benar dan yang salah.”
RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam bersabda
yang maksudnya:
“Orang yang paling keras cubaannya adalah para
nabi kemudian setelah mereka kemudian setelah
mereka”
(HR. Imam Tirmidzi dari sahabat Abu Sa’id
Al Khudri dan Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu
‘Anhuma dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no.992 dan 993)
Ringkasnya, Iman adalah ucapan dan perbuatan. Yaitu,
mengucapkan dengan lisan serta ber’amal dengan hati
dan anggota badan. Dan memiliki konsekuensi yang
harus diwujudkan dalam kehidupan, yaitu amal.
Amal
Amal merupakan konsekuensi Iman dan memiliki nilai
yang sangat positif dalam menghadapi tentangan hidup
dan segala fitnah yang ada di dalamnya, lebih-lebih lagi
jika seseorang menginginkan kebahagiaan hidup yang
hakiki. ALLAH Subahanahu wa Ta’ala telah menjelaskan
hal yang demikian itu di dalam Al Qur’an:
“Bersegeralah kalian menuju pengampunan Rabb kalian
dan kepada syurga yang seluas langit dan bumi yang
telah dijanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa
kepada ALLAH.” (Ali Imran:133)
Imam As Sa’dy mengatakan dalam tafsirnya halaman 115:
“Kemudian ALLAH Subahanahu wa Ta’ala memerintahkan
untuk bersegera menuju ampunan-NYA dan menuju syurga
seluas langit dan bumi. Lalu bagaimana dengan panjangnya
yang telah dijanjikan oleh ALLAH Subahanahu wa Ta’ala
kepada orang-orang yang bertaqwa, merekalah yang pantas
menjadi penduduknya dan amalan ketaqwaan itu akan
menyampaikan kepada syurga.”
Jelas melalui ayat ini, ALLAH Subahanahu wa Ta’ala
menyeru hamba-hamba-NYA untuk bersegera menuju
amal kebajikan dan mendapatkan kedekatan di sisi
ALLAH, serta bersegera pula berusaha untuk mendapatkan
surga-NYA. Lihat Bahjatun Nadzirin 1/169
ALLAH berfirman:
“Berlumba-lumbalah kalian dalam kebajikan”
(Al Baqarah: 148)
Dalam tafsirnya halaman 55, Imam As Sa’dy
mengatakan:
“Perintah berlumba-lumba dalam kebajikan merupakan
perintah tambahan dalam melaksanakan kebajikan,
kerana berlumba-lumba mencakup mengerjakan perintah
tersebut dengan sesempurna mungkin dan melaksanakannya
dalam segala keadaan dan bersegera kepadanya.
Barang siapa yang berlumba-lumba dalam kebaikan
di dunia, maka dia akan menjadi orang pertama yang
masuk ke dalam syurga kelak pada hari kiamat dan
merekalah orang yang paling tinggi kedudukannya.”
Dalam ayat ini, ALLAH dengan jelas memerintahkan
hamba-hamba-NYA untuk segera dan berlumba-lumba
dalam ‘amal sholeh. RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi
wa sallam bersabda:
“Bersegeralah kalian menuju amal sholeh kerana
akan terjadi fitnah-fitnah seperti potongan gelapnya
malam, di mana seorang Mukmin bila berada di waktu
pagi dalam keadaan berIman maka di petang harinya
menjadi kafir dan jika di petang hari dia berIman maka
di pagi harinya dia menjadi kafir dan dia melelang
agamanya dengan harta benda dunia.”
(Shahih, HR Muslim no.117 dan Tirmidzi)
Dalam hadits ini terdapat banyak pelajaran, di antaranya
kewajiban berpegang dengan agama ALLAH dan
bersegera untuk ber‘amal sholeh sebelum datang
hal-hal yang akan menghalangi darinya. Fitnah di
akhir zaman akan datang silih berganti dan ketika
berakhir dari satu fitnah muncul lagi fitnah yang lain.
Lihat Bahjatun Nadzirin 1/170. Ini adalah kerana
kedudukan ‘amal dalam kehidupan begitu besar dan
mulia, maka ALLAH Subahanahu wa Ta’ala
memerintahkan kita untuk meminta segala apa yang
kita butuhkan dengan ‘amal sholeh. ALLAH
berfirman di dalam Al Quran:
“Hai orang-orang yang berIman, mintalah tolong
(kepada ALLAH) dengan penuh kesabaran dan shalat.
Sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang
bersabar.” (Al Baqarah:153)
Lalu, kalau kita telah ber‘amal dengan penuh keuletan
dan kesabaran apakah amal kita pasti diterima?
Syarat Diterima ‘Amal
‘Amal yang akan diterima oleh ALLAH Subahanahu
wa Ta’ala memiliki persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi. Hal ini telah disebutkan ALLAH
Subahanahu wa Ta’ala sendiri di dalam kitab-NYA dan RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam
di dalam haditsnya.
Syarat ‘amal itu adalah sebagai berikut:
Pertama: ‘Amal harus dilaksanakan dengan
keikhlasan semata-mata mencari redho ALLAH
Subahanahu wa Ta’ala.
ALLAH Subahanahu wa Ta’ala berfirman;
“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar
menyembah ALLAH dengan mengikhlaskan baginya
agama yang lurus”. (Al Bayyinah: 5)
RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya ‘amal-‘amal tergantung pada niat
dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai
dengan niatnya.” (Shahih, HR Bukhari-Muslim)
Kedua-dua dalil ini sangat jelas menunjukkan bahwa
dasar dan syarat pertama diterimanya amal adalah
ikhlas, yaitu semata-mata mencari wajah ALLAH
Subahanahu wa Ta’ala. ‘Amal tanpa disertai dengan
keikhlasan maka amal tersebut tidak akan diterima
oleh ALLAH Subahanahu wa Ta’ala.
Kedua: ‘Amal tersebut sesuai dengan sunnah (petunjuk)
RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam. Baginda
bersabda yang maksudnya:
“Dan barang siapa yang melakukan satu amalan yang
tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut
tertolak.” (Shahih, HR Muslim dari ‘Aisyah
radhiallahu ‘anha)
Dari dalil-dalil di atas para ulama sepakat bahwa
syarat amal yang akan diterima oleh ALLAH
Subahanahu wa Ta’ala adalah ikhlas dan sesuai
dengan bimbingan RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi
wa sallam. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut
tidak ada, maka amalan itu tidak akan diterima oleh
ALLAH Subahanahu wa Ta’ala.
Dari sini sangat jelas kesalahan orang-orang yang
mengatakan “ Yang penting kan niatnya.” Yang benar,
‘harus ada kesesuaian amal tersebut dengan ajaran
RasululLAH ShallalLAHu 'alaihi wa sallam.’
Jika istilah “yang penting niat” itu benar nescaya
kita akan membenarkan segala perbuatan maksiat
kepada ALLAH Subahanahu wa Ta’ala dengan dalil
“ yang penting niat.” Kita akan mengatakan para
pencuri, penzina, pemabuk, pemakan riba’, pemakan
harta anak yatim, perampok, penjudi, penipu, pelaku
bid’ah (perkara-perkara yang diadakan dalam agama
yang tidak ada contohnya dari RasululLAH ) dan
bahkan kesyirikan tidak bisa kita salahkan, kerana
‘kita tidak mengetahui bagaimana niatnya’. Demikian
juga dengan seseorang yang mencuri dengan niat
memberikan nafkah kepada anak dan isterinya.
Apakah seseorang melakukan bid’ah dengan niat
beribadah ALLAH Subahanahu wa Ta’ala?
Apakah orang yang meminta kepada makam wali
dengan niat memuliakan wali itu adalah benar?
Tentu jawabannya adalah tidak.
Dari pembahasan di atas sangat jelas kedudukan
dua syarat tersebut dalam sebuah amalan dan
sebagai penentu diterimanya. Oleh kerana itu,
sebelum melangkah untuk ber‘amal hendaklah
bertanya pada diri kita:
1. Untuk siapa saya ber‘amal?
2. Dan bagaimana caranya?
Maka jawabannya adalah dengan kedua-dua
syarat di atas.
Masalah berikutnya, juga bukan sekadar memperbanyak
amal, akan tetapi benar atau tidaknya amalan tersebut.
ALLAH Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dia ALLAH yang telah menciptakan mati dan hidup
untuk menguji kalian siapakah yang paling bagus
amalannya.” (Al Mulk: 2)
Muhammad bin ‘Ajlan berkata: “ALLAH Subahanahu
wa Ta’ala tidak mengatakan yang paling banyak
‘amalnya.” Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4/396
ALLAH Subahanahu wa Ta’ala mengatakan yang
paling baik amalnya dan tidak mengatakan yang
paling banyak amalnya, yaitu amal yang dilaksanakan
dengan ikhlas dan sesuai dengan ajaran RasululLAH
ShallalLAHu 'alaihi wa sallam, sebagaimana yang
telah diucapkan oleh Imam Hasan Bashri.
Kedua-dua syarat di atas merupakan makna dari kalimat
Laa ilaaha illALLAH- MuhammadarRasululLAH.
Wallahu a’lam.
- -
Bintu Yusof:
Moga bermanfa’at, insyaALLAH.
"al 'amal tsamrah al iman".
- 'Amal adalah buah Iman"
WalLAHU'ALAM bishowab.
Seterusnya,
AlhamdulilLAH, terbaru drp Abu 'Ammar ibn Ibrahim:
--> http://huszul.4shared.com/ <-- hadith40y.group
* ada downloadable bhn Ilmiyyah & tarbiyyah.
InsyaALLAH, ada khairnya.
Saamihni ‘ala kulli hal, barakalLAHUlakuna!
ALLAHUMMA a’iz ISLAM wa al Muslimun
fi kulli makaan wa fi kulli dzaaman! Amiin.
Wassalamu’alaykum warahmatulLAHI wabarokaatuh.
al faqiirah ila ALLAH Ta’ala,
Bintu Yusof,
16 Jumada al Awwal 1428H,
Baitun Usrati, Darul IMAN.
1 Comments:
At 5:40 PM, Anonymous said…
Assalamualikum..
sy banyak masalah dalam hidup saya
terutama masalah cinta..cinta memang indah tapi semua lelaki yang saya kenal hanya mahukan keseronokan dari saya..hanya buat diri saya sebagai permainan diorang..tolong lah saya banyak saya buat dosa saya dah termasuk dalam orang yang telah melakukan maksiat..saya bersalah sangat dalam hidup saya..saya masih dalam keadaan yang tak tentu hala..dalam memikirakan hal ini..setelah saya baca dalam blog nie banyak kesedaran saya jumpa tapi untuk mulakan saya masih tidak tahu tolong la saya.saya mahukan sangat pertolongan..supaya saya tidak terpesong lebih jauh..dan termasuk dalam orang yang terkeji di sisi ALLAH S.W.T..
Post a Comment
<< Home