Permisalan Wanita yang Baik Bagi Insan BerIMAN
Penulis asal: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa
Husein Al-Atsariyyah
Tarikh publikasi: 9 April 2006, 09:22:29
Sumber: Asy Syariah.com, Kolum Sakinah
Translasi bahasa & Olah kembali: Bintu Yusof
BismilLAH, alhamdulilLAH, wassolatu wassalamu
‘ala RasulilLAH Sholla ALLAHU ‘alaihi wassalam
AlhamdulilLAH,
sungguh MAHA BIJAKSANA ALLAH Subahanahu
wa Ta’ala, betapa di dalam kitab AL QURAN, telah
dimaktubkan oleh-NYA akan kisah dua wanita SHOLIHAH
yang keIMANan mereka benar-benar tertancap kukuh di
relung qalbu kedua-dua Muslimah Mukminah ini.
Merekalah Asiyah bintu Muzahim, isteri Fir’aun
dan Maryam bintu ‘Imran.
MasyaALLAH,
saudara/ri seaqeedah yang kehormat sekalian, kisah kedua
-dua Muslimah Mukminah ini terukir dengan begitu indah
sekali di dalam Al Quran dan saya yakin insyaALLAH
mereka ini merupakan susuk kepribadian yang perlu
diteladani wanita Muslimah sa’at ini, walLAHU Ta’ala
‘Alam.
ALLAH Subahanahu wa Ta'ala berfirman dalam
Kitab-NYA yang mulia:
"Dan ALLAH membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan
bagi orang-orang yang berIman, ketika istri Fir’aun
berkata: “Wahai ROBB-ku, bangunkanlah untukku di
sisi-MU sebuah rumah dalam syurga. Dan selamatkanlah
aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang dzalim.” (Perumpamaan yang lain bagi
orang-orang berIman adalah) Maryam putri Imran yang
memelihara kehormatannya, maka KAMI tiupkan ke
dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) KAMI,
dan dia membenarkan kalimat-kalimat ROBB-nya
dan kitab-kitab-NYA, dan adalah dia termasuk orang
-orang yang taat."
(At-Tahrim; 66:11-12)
Saudara saudari yang dikasihi ALLAH,
Asiyah bintu Muzahim, istri Fir’aun, dan Maryam
bintu ‘Imran adalah dua wanita yang kisah mereka
terukir indah dalam al Quran. Ayat-ayat ROBB Yang
Maha Tinggi menuturkan kesholihan kedua-dua mereka
dan mempersaksikan keImanan yang berakar kukuh dalam
relung qalbu kedua-duanya. MasyaALLAH, betapa manis
dalam sebutan dan ingatan, Asiyah dan Maryam adalah
dua daripada sekalian qudwah (teladan) bagi wanita-wanita
yang berIman kepada ALLAH Subahanahu wa Ta’ala
dan uswah hasanah bagi isteri kaum Mukminun.
Al Imam Ath Thabari rahumahulLAHu berkata dalam
kitab tafsirnya:
“ ALLAH Yang Maha Tinggi berfirman bahawasanya
DIA membuat permisalan bagi orang-orang yang
membenarkan ALLAH dan mentauhidkan-NYA, dengan
isteri Fir’aun yang berIMAN kepada ALLAH, mentauhid
kan-NYA, dan membenarkan RasululLAH Musa ‘alaihissalam.
Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yang kafir,
satu dari sekian musuh ALLAH. Namun kekafiran suaminya
itu tidak memudharatkannya, kerana ia tetap beriman kepada
ALLAH. Sementara, termasuk ketetapan ALLAH kepada
makhluk-NYA adalah seseorang tidaklah dibebani dosa
orang lain (tapi masing-masing membawa dosanya sendiri 1)
, dan setiap jiwa mendapatkan apa yang ia usahakan.”
(Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an/ Tafsir
Ath-Thabari, 12/162)
Saudara saudari nan budiman,
Sungguh, pada diri Asiyah dan Maryam, ada permisalan
yang indah bagi para isteri yang mengharapkan perjumpaan
dengan ALLAH Subahanahu wa Ta'ala dan hari Akhir.
Kedua-duanya dijadikan contoh untuk mendorong kaum
Mukminin dan Mukminat agar berpegang teguh dengan
ketaatan dan kokoh di atas agama.
(Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an/ Tafsir Al-Qurthubi,
9/132)
Seorang isteri yang Sholihah, ia akan bersabar dengan
kekurangan yang ada pada suaminya dan sabar dengan
kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah
berkeluh kesah di hadapan suaminya atau mengeluhkan
suaminya kepada orang lain, apalagi mengghibah suami,
menceritakan aib/ cacat dan kekurangan sang suami.
Bagaimana pun kekurangan suaminya dan kesempitan
hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela
kekurangan dan kesempitan tersebut, kerana ALLAH
Subhanahu wa Ta'ala memilihkan lelaki Muslim yang
beriman kepada ALLAH dan hari akhir sebagai pendamping
hidupnya.
Dan tidak memberinya suami seperti suami Asiyah
bintu Muzahim yang sangat kafir kepada ALLAH
Subahanahu wa Ta'ala dan berbuat aniaya terhadap isteri
sendiri hanya kerana ia beriman kepada ALLAH dan
Rasul-NYA melainkan sebagai satu ujian untuk menilai
permata Sholihah yang tulen, walLAHU ‘ALA ‘ALAM.
Tersebutlah, ketika sang durjana yang bergelar Fir’aun itu
mengetahui keImanan Asiyah isterinya, ia keluar menemui
kaumnya lalu bertanya:
“Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim?”
Merekapun memujinya.
Fir’aun berkata: “Ia menyembah TUHAN selain aku.”
Mereka berkata: “Kalau begitu, bunuhlah dia.”
Maka Fir’aun membuat pasak-pasak untuk isterinya, kemudian
mengikat kedua tangan dan kedua kaki isterinya itu, seterusnya
menyiksanya di bawah terik matahari. Apabila Fir’aun berlalu
darinya, para malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap
mereka.
Asiyah berdoa:
“Wahai ROBB-ku, bangunkanlah untukku di sisi-MU sebuah
rumah di dalam surga.”
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala pun mengabulkan doa Asiyah
dengan membangunkan sebuah rumah di syurga untuknya.
Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun
tertawa. Tatkala itu, Fir’aun datang. Melihat Asiyah tertawa,
Fir’aun berkata kehairanan:
“Tidakkah kalian hairan dengan kegilaan Asiyah? Kita siksa
dia, sebaliknya dia tertawa.”
Menghadapi beratnya siksaan Fir’aun, hati Asiyah tidak lari
untuk berharap kepada makhluq. Sebaliknya tetap kukuh mengharap
belas kasih dan pertolongan dari Penguasa makhluq, ALLAH
Subahanahu wa Ta'ala. Ia berdoa agar diselamatkan dari siksaan
yang ditimpakan Fir’aun dan kaumnya serta tidak lupa
memohon agar diselamatkan dari melakukan kekufuran
sebagaimana yang diperbuat Fir’aun dan kaumnya.2 Akhir dari
semua derita dunia itu, berhujung dengan dicabutnya ruh Asiyah
untuk menemui janji ALLAH Subahanahu wa Ta'ala.3
Saudara saudari yang diberkati ALLAH,
Isteri yang Sholihah akan menjaga dirinya dari perbuatan keji
dan segala hal yang mengarah ke sana. Sehingga ia tidak
keluar rumah kecuali kerana darurat, dengan izin suaminya.
Sekiranya ia keluar rumah, ia akan memperhatikan adab-adab
syar‘ie. Dia menjaga diri dari bercampur baur apalagi khalwat
(bersepi-sepian/ berdua-duaan) dengan laki-laki yang bukan
mahramnya. Ia tidak berbicara dengan lelaki ajnabi
(bukan mahram) kecuali kerana terpaksa dengan tidak
melembut-lembutkan suara. Dan ia tidak melepas pandangannya
dengan melihat apa yang diharamkan ALLAH Subhanahu
wa Ta'ala. Ia ingat bagaimana ALLAH Subhanahu wa Ta'ala
sangat memuji Maryam yang sangat begitu rapi menjaga
kesucian diri, sehingga ketika dikhabarkan oleh Jibril yang
ia bakal mengandung seorang anak yang kelak menjadi rasul
pilihan ALLAH, Maryam berkata dengan hairan:
“ Mariam bertanya (dengan cemas): Bagaimanakah aku akan
beroleh seorang anak lelaki, padahal aku tidak pernah disentuh
oleh seorang lelaki pun dan aku pula bukan perempuan jahat?"
(Maryam; 19:20)
Wanita Sholihah memiliki ketekunan mengingati ALLAH
sebagaimana keImanan tekunnya Maryam kepada ALLAH
dalam beribadah, sehingga ALLAH Subhanahu wa Ta'ala
memilihnya dan mengutamakannya di atas seluruh wanita.
"Ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: “Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikan dan
melebihkanmu di atas segenap wanita di alam ini.
Wahai Mariam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu
dan mensucikanmu dan telah memilihmu (beroleh kemuliaan)
melebihi perempuan-perempuan seluruh alam (yang sezaman
denganmu).”
(Aali ‘Imran; 3:42)
RasuluLLAH Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda
حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ:
مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيْجَةُ بِنْتَ خُوَيْلِدٍ
وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
“Cukup bagimu dari segenap wanita di alam ini (empat wanita,
yaitu:) Maryam putri Imran, Khadijah bintu Khuwailid,
Fathimah bintu Muhammad, dan Asiyah istri Fir’aun.”4
Yakni cukup bagimu untuk sampai kepada martabat orang
-orang yang sempurna dengan mencontohi keempat-empat
wanita tersebut, menyebut kebaikan-kebaikan mereka,
kezuhudan mereka terhadap kehidupan dunia, dan
tertujunya hati mereka kepada kehidupan akhirat.
Kata Ath-Thibi, cukup bagimu dengan mengetahui/
mengenal keutamaan mereka dari mengenal seluruh
wanita.
(Tuhfatul Ahwadzi, kitab Al-Manaqib)
Baginda ShallaLLAHu 'alaihi wa sallam juga bersabda
memuji Asiyah dan Maryam 5:
كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ،
وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ
إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأُةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْتَةُ عِمْرَانَ،
وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلى النِّسَاءِ
كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلى سَائِرِ الطَّعَامِ
“Orang yang sempurna dari kalangan lelaki itu banyak,
namun tidak ada yang sempurna dari kalangan wanita
kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam putri Imran.
Sungguh keutamaan ‘Aisyah bila dibanding para wanita
selainnya seperti kelebihan tsarid6 di atas seluruh
makanan.”7
Di antara keutamaan Asiyah adalah ia memilih dibunuh
daripada mendapatkan (kenikmatan berupa) kerajaan
(kerana suaminya seorang raja). Dan ia memilih azab/
siksaan di dunia daripada mendapatkan kenikmatan yang
di istana sang suami yang dzalim. Ternyata firasatnya
tentang Musa kepada Fir’aun saat mengutarakan keinginannya
untuk menjadikan Musa 'alaihissalam sebagai anak
angkatnya, ada benar dan terbaik buatnya:
قُرَةُ عَيْنٍ لِي
(agar ia menjadi penyejuk mata bagiku).8
(Fathul Bari 6/544)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahuLLAHu berkata:
“Ayat-ayat ini (surat At-Tahrim ayat 10-12) mengandung
tiga permisalan, satu untuk orang-orang kafir dan dua
permisalan lagi untuk kaum Mukminin.”
Setelah beliau menyebutkan permisalan bagi orang kafir,
selanjutnya beliau berkata:
“Adapun dua permisalan bagi orang-orang beriman,
salah satunya adalah isteri Fir’aun.
Sisi permisalannya:
Hubungan seorang Mukmin dengan seorang kafir tidaklah
bermudharat bagi si Mukmin sedikitpun, apabila si Mukmin
memisahkan diri dari orang kafir tersebut dalam kekafiran
dan amalannya. Oleh sebab maksiat yang diperbuat orang
lain sama sekali tidak akan berbahaya bagi seorang
Mukmin yang taat di akhiratnya kelak, walaupun
mungkin ketika di dunia ia mendapatkan kemudharatan
dengan sebab hukuman yang dihalalkan bagi penduduk
bumi bila mereka menyia-nyiakan perintah ALLAH,
alu hukuman itu datang secara umum (sehingga orang
yang baik pun terkena).
Isteri Fir’aun tidaklah mendapatkan mudharat kerana
hubungannya dengan Fir’aun, padahal Firaun itu adalah
manusia paling kafir. Sebagaimana isteri Nabi Nuh dan
Nabi Luth 'alaihimassalam tidak mendapatkan kemanfaatan
daripada hubungan keduanya dengan dua utusan ROBB
semesta alam.
Permisalan yang kedua bagi kaum Mukminin adalah
Maryam, seorang wanita yang tidak memiliki suami,
baik dari kalangan orang Mukmin ataupun dari orang
kafir. Dengan demikian, dalam ayat ini ALLAH
menyebutkan tiga macam wanita:
Pertama:
wanita kafir yang bersuamikan lelaki yang Sholih.9
Kedua:
wanita Sholihah yang bersuamikan lelaki yang kafir.
Ketiga:
gadis perawan yang tidak punya suami dan tidak
pernah berhubungan dengan seorang lelakipun.
Jenis yang pertama,
ia tidak mendapatkan manfaat atas hubungannya dengan
suami tersebut.
Jenis kedua,
ia tidak mendapatkan mudharat atas hubungannya dengan
suami yang kafir.
Jenis ketiga,
ketiadaan suami tidak bermudharat sedikitpun baginya.
Seterusnya, dalam permisalan-permisalan ini ada rahsia-rahsia
indah yang sesuai dengan konteks surah (At Tahrim, surah
ke-66) ini. Perhatikanlah yang surah ini diawali dengan
menyebutkan isteri-isteri Nabi ShallaLLAHu 'alaihi wa
sallam dan peringatan kepada mereka dari saling membantu
menyusahkan beliau ShallalLLAHu 'alaihi wa sallam 10.
Apabila mereka (isteri-isteri Nabi) itu tidak mahu taat
kepada ALLAH dan Rasul-NYA serta tidak menginginkan
hari Akhirat, nescaya tidak bermanfaat bagi mereka
hubungan mereka dengan RasuluLLAH ShallaLLAHu
'alaihi wa sallam, sebagaimana isteri nabi Nuh dan isteri
nabi Luth tidak mendapa manfaat dari hubungan dengan
suami mereka. Oleh sebab itulah di dalam surah ini dibuat
permisalan dengan hubungan nikah 11 bukan hubungan
kekerabatan.
Yahya bin Salam berkata:
“ALLAH membuat permisalan yang pertama untuk
memperingatkan ‘Aisyah dan Hafshah radhiaLLAHu
'anhuma. Kemudian memberikan permisalan kedua bagi
kedua-duanya untuk menganjurkan mereka agar berpegang
teguh dengan ketaatan. Selain itu, pelajaran lain yang boleh
diambil ialah dari permisalan yang dibuat untuk kaum
Mukminin dengan Maryam. Yaitu, Maryam tidak mendapatkan
mudharat sedikit pun di sisi ALLAH dengan tuduhan keji
yang dilemparkan Yahudi dan musuh-musuh ALLAH
terhadapnya.
Begitu pula sebutan jelek (buruk, jahat, keji)
untuk puteranya, sedangkan ALLAH Subahanahu wa
Ta'ala mensucikan kedua mereka dari tuduhan tersebut.
Perlakuan jahat dan tuduhan keji yang mereka lontarkan
itu padahal adalah pada seorang ash-Shiddiqah al-Kubra
(wanita yang sangat benar keImanannya, sempurna ilmu
dan amalnya 12), wanita pilihan di atas segenap wanita di
alam ini. Lelaki yang Sholih (yakni Isa putra Maryam
'alaihissalam) pun tidak mendapat mudharat atas tuduhan
orang-orang fajir dan fasik terhadapnya."
Dalam ayat ini juga ada hiburannya bagi ‘Aisyah Ummul
Mukminin radhiallahu 'anha (atas tuduhan keji yang ia
terima dari orang-orang munafik), jika surat ini turun
setelah peristiwa Ifk 13. Adapun bila surah ini turun
selepas peristiwa Ifk, ia adalah sebagai persiapan bagi
jiwanya untuk menghadapi apa yang dikatakan para
pendusta.
Sebagaimana dalam permisalan dengan isteri nabi Nuh
dan nabi Luth ada peringatan bagi ‘Aisyah dan juga Hafshah
dengan apa yang diperbuat kedua-duanya terhadap Nabi
ShallaLLAHu 'alaihi wa sallam.”
(At-Tafsirul Qayyim, hal. 396-498)
AlhamdulilLAHi Ta’ala,
Demikianlah, saudara saudari seaqeedah yang saya
hargai dan hormati kerana ALLAH Ta’ala, semoga
menjadi teladan dan pelajaran berharga bagi pemupukan
para isteri Sholihah, insyaALLAH.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
AlhamdulilLAH, seluruh akridetasi saya atribusikan
pada penulis asal karya yang indah dan sholihah ini
iaitu Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah,
moga ALLAH merahmati usaha murninya. AlhamdulilLAH,
biiznilLAH saya ditemukan dengan karya beliau, lantas
diletakkan separas dengan koleksi himpunan-himpunan
pilihan untuk pemanfa’atan diri seterusnya diterjemah
tulis, di editasi kecil serta di olah bahasa untuk ditebar
luaskan lagi rerawan jala kongsi ilmiah sesama saudara/ri
seaqeedah yang saya hargai kerana ALLAH. Moga ada
khairnya, insyaALLAH.
Dan insyaALLAH ingat ya, sama-sama kita usaha dan
do’akan yang terbaik bukan sahaja untuk kesejahteraan
dan kejayaan diri, famili bahkan UMMAH seluruhnya,
agar sama-sama cemerlang, gemilang dan terbilang, amiin.
WalLAHU Musta’an.
Ilal liqo’ insyaALLAH. Ismihni ‘ala kulli hal,
wassalamu’alaykum warahmatulLAHI Ta’ala wabarokaatuh.
al faqiirah ila ROBBIha,
Bintu Yusof,
22 Syawal 1427H,
Auckland, NEW ZEALAND.
~*~*~*~*~*~*~
Ma’raji penulis asal:
1- Sebagaimana ALLAH Subahanahu wa Ta'ala berfirman
dalam Tanzil-Nya:
وَلاَ تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلاَّ عَلَيْهَا
وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
“Dan tidaklah seseorang melakukan suatu dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri, dan
seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain.”
(Al-An’am: 164)
2- Faedah: Al-’Allamah Al-Alusi rahimahullahu
dalam tafsirnya mengatakan: “Dalam ayat ini terdapat
dalil bahwa beristi`adzah (minta perlindungan) kepada
ALLAH dan mohon keselamatan dari-NYA ketika terjadi
ujian/ cubaan dan goncangan, merupakan kebiasaan yang
dilakukan orang-orang Sholih dan sunnah para nabi.
Dan ini banyak disebutkan dalam Al-Quran.”
(Ruhul Ma’ani fi Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim was
Sab’il Matsani, 13/791)
3- Jami’ul Bayan fi Ta‘wilil Qur`an 12/162,
Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an/ Tafsir Al-Qurthubi 9/132,
Ruhul Ma’ani 13/790, An-Nukat wal ‘Uyun Tafsir
Al-Mawardi 6/47.
4- HR. At-Tirmidzi no. 3878, kitab Manaqib ‘an
Rasulillah, bab Fadhlu Khadijah radhiaLLAHu 'anha,
dari hadits Anas bin Malik radhiaLLAHu 'anhu.
Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahuLLAHu
dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 6181.
5- Ada sebagian atsar yang menyebutkan bahwa
Maryam dan Asiyah diperistri Nabi ShallaLLAHu 'alaihi
wa sallam di syurga, sebagaimana riwayat Ath-Thabrani
dari Sa’ad bin Junadah, ia berkata: Rasulullah ShallaLLAHu
'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ زَوَّجَنِي فِي الْجَنَّةِ
مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ وَامْرَأَةَ فِرْعَوْنَ
وَأُخْتَ مُوْسى عَلَيْهِ السَّلاَمِ
“Sesungguhnya ALLAH menikahkan aku di surga dengan
Maryam bintu Imran, istri Fir’aun (Asiyah), dan dengan
(Kultsum) saudara perempuannya Musa 'alaihissalam.”
Namun hadith ini lemah, Asy-Syaikh Al-Albani dalam
Adh-Dha’ifah (no. 812) mengatakan hadits ini mungkar.
Adapun pendapat yang mengatakan Maryam dan Asiyah
adalah nabi dari kalangan wanita sebagaimana Hajar dan
Sarah, tidaklah benar karena syarat nubuwwah (kenabian)
adalah dari kalangan laki-laki, menurut pendapat yang
shahih. (Ruhul Ma’ani, 13/793)
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ
إِلاَّ رِجَالاً نُوْحِي إِلَيْهِمْ
“Tidaklah KAMI mengutus rasul sebelummu kecuali
ari kalangan laki-laki yang KAMI berikan wahyu kepada
mereka.”
(An-Nahl: 43)
6- Tsarid adalah makanan istimewa berupa daging
dicampur roti yang dilumatkan.
7- HR. Al-Bukhari no. 3411, kitab Ahaditsul Anbiya,
bab Qaulillahi Ta’ala: Wa Dharaballahu Matsalan
lilladzina Amanu… . Diriwayatkan pula oleh Al-Imam
Muslim no. 6222, kitab Fadha`il Ash-Shahabah.
8 -ALLAH Subahanahu wa Ta'ala berfirman:
فَلْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا
إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خَاطِئِيْنَ.
وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ
لاَ تَقْتُلُوْهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا
وَهُمْ لاَ يَشْعُرُوْنَ
“Maka Musa dipungut oleh keluarga Fir’aun yang
kemudian ia menjadi musuh dan kesedihan bagi
mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta
tenteranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan
berkatalah istri Fir’aun kepada suaminya: ‘Ia adalah
penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah
kalian membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat
bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak.’ Sedangkan
mereka tiada menyadari.”
Al-Qashash: 8-9)
9-Yaitu isteri Nabi Nuh 'alaihissalam dan isteri
Nabi Luth 'alaihissalam
10- Lihat surat At-Tahrim ayat 1 sampai 5.
11- Hubungan isteri dengan suaminya; isteri Nuh dengan
suaminya, isteri Luth dengan suaminya, dan Asiyah dengan
suaminya Fir‘aun.
12 -Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 875
13- Kisah Ifk ini (tuduhan zina terhadap ‘Aisyah) beserta pernyataan kesucian ‘Aisyah diabadikan dalam Al-Quran,
surah An-Nur ayat 11-26.
p/s: Salam Syawal hanya berbaki tidak sampai 10 hari lagi
, bagi yang belum sempurna 6 hari puasa sunat Syawal,
ayuh, lekas rebuti peluang yang amat tinggi keberuntungannya
ini, yang mana dalam hadith dikisarkan bersamaan setahun
puasa, insyaALLAH keredhoan ROBBI makin membungkam
nurani, alhamdulilLAH, insyaALLAH, amiin.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home