~* Perantau Akhirah, Musafir Perjuangan *~: September 2006

~* Perantau Akhirah, Musafir Perjuangan *~

Bismillah Ar Rahman Ar Rahim, alhamdulillah, syukur ana rafa'kan ke hadrat Allah SWT kerana dengan izin-Nya, maka ana telah dapat membangunkan sebuah laman sebagai pengantar wadah bicara antara seorang Muslim dengan Muslim yang lain. Semoga usaha ana ini akan diberkati dan dirahmati Allah SWT. Amiin. Salam Ukhwah wa Mahabbah Islamiah daripada ana 'the daughter of Haji Yusof' buat antum sekalian. Yarhamkumullah! ISLAM NO.1 kini dan selama-lamanya, insyaALLAH. ALLAHUAKBAR 3X! Wassalam wbt.

Saturday, September 23, 2006

Penjelasan Hadith Tentang Do'a Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan

.
BismilLAH, alhamdulilLAH,



Tanggal 27 Sya’aban 1427H, di bumi Nueva Zelanda, usai Subuh seorang adik Muslimah ‘pm’ (private message) saya di YM (yahoo messenger) bertanyakan akan kesahihan satu message yang di’forward’ kan padanya, apakah benar akan kewujudan hadith sedemikian?

AlhamdulilLAH, biiznilLAH, dikaruniakan keluwesan dan kedayaan atas kudrat serta fikri untuk cuba melakukan bedah ilmiah dan pembacaan lanjut, bagi mencari penjelasan yang lebih kukuh buat ehwal tersebut kerana saya sendiri masih punya takat ilmu yang cetek dalam perkara ini. Namun, itu bukanlah faktor yang bisa menghalang kedahagaan saya dalam terus meneguk mutiara ilmu ILAHI. Moga ALLAH Ta'ala memandu saya dan mempermudah segala urusan, walLAHU Musta’an.

PENJELASAN:

~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~

Do'a Malaikat jibril Menjelang Ramadhan "

"Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
* Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;
* Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali.

Dapat kita bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jum'at. karenanya melalui pesan ini saya memohon maaf jika slama ini saya memiliki kesalahan, baik yang tidak di sengaja maupun yang di sengaja, semoga kita dapat menjalani semuanya dengan khusyuk, amin


~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~ ~*~

* Baiklah, memandangkan bertali arus rakan-rakan di ym mem ‘pm’ kan hadith yang sama kepada saya, dan ada beberapa orang antara mereka sempat disampaikan penjelasan tetapi ada juga yang tiada sempat diperjelaskan memandangkan ketika itu sudah larut malam di sini. Penjelasan berikut adalah keberhasilan usaha bersama saudara/ri seaqeedah, moga ALLAH merahmati, yarhamkumulLAH! Amiin.

Responsi:

Merujuk kepada seorang saudara seaqeedah, Abu AbdilLAH, seringkali juga dari Ramadhan ke Ramadhan masalah sebegini diperkatakan. Maka, apabila dibuka kitab Sifat Puasa Nabi s.a.w. yang ditulis oleh Syaikh Salim Ied al Hilaly dan Syaikh Ali Hassan Abdul Hamid, apabila diperhatikan kiriman hadith tadi. Ternyata jauh sekali perbezaannya.


1.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga,(bahawasanya) Rasulullah s.a.w. pernah naik mimbar kemudian berkata :

Amin,Amin, Amin"

Ditanyakan kpd baginda :

"Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?"

Baginda s.a.w. bersabda. Ertinya :

“Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata :

"Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tp tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan ALLAH jauhkan dia, katakan "Amin",

maka akupun mengucapkan Amin...."

[Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin]

* Ini disalin dari Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, hal. 27-28, Pustaka Al-Haura.



2.

Manakala yang hadith yang lebih lengkap lagi ialah:

Disalin oleh Abu AbdilLAH dari buku Birrul Walidain oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawa, hal. 44-45 terbitan Darul Qalam.

Ertinya :

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin".

Para sahabat bertanya,

"Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!'

Maka kukatakan, 'Amin'

Kemudian Jibril berkata lagi,

'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!',

Maka aku berkata : 'Amin'.

Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi.

'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justeru tidak memasukkan dia ke syurga dan katakanlah amin!'

Maka kukatakan, 'Amin"

[Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]



WalLAHU Ta’ala ‘ALAM,

Mudah-mudahan penjelasan ini ada manfa’atnya. Kesimpulan yang dapat diperbuatkan daripada ehwal perbicaraan di atas ialah:

Hadith yang diforwardkan oleh ramai dan di chain-pm (rantai pm) bukan sahaja kepada saya bahkan yang lain, tiada langsung hubungannya dengan keharusan apatah lagi kewajiban bermaafan sebelum puasa Ramadhan. Lagipun, proses maaf memaafkan sesama Muslim boleh dilakukan pada bila-bila masa sahaja, jangan nak mengharapkan ketibaan bulan Ramadhan sahaja, bahkan tidak ada tuntutan syari’at yang menganjurkan kita mengumpulkan ia dahulu dan tunggu bulan Ramadhan baharulah nak buat, walLAHU Ta’ala ‘Alam.

Nasihat saya buat saudara/ri seaqeedah yang saya hormati dan hargai kerana ALLAH Ta’ala, mohon agar lebih berhalus, berhati-hati dan amatilah baris-baris mesej sebelum di ‘forward’ kan pada umum. Dan seperkara lagi, bukan sahaja peringatan buat kalian bahkan diri saya sendiri selaku anak pelajar di perantauan yang mana tak punya perbekalan kitab-kitab agama yang cukup di sisi dan pastinya peralihan pergantungan pada e-book, situs-situs Islamik, e-kitab, e-hadith dan sebarang wasilah online lagi, agar turut teliti dan berhikmah dalam pemilihan bahan bacaan dan titip penghujahan kerana ada kalanya ia bisa dipertikai akan kesahihannya (vailidity).



WalLAHU’ALAM, insyaALLAH kepulangan ke tanah air tidak lama lagi, akan membuka ruangan yang lebih luas dan banyak bahan konkrit buat pembacaan diri seterusnya memperlebar sayap pengetahuan diri, moga ALLAH mempermudah segala, walLAHU Musta’an.

Saamihni ‘ala kulli hal.

Salam Ramadhan al Maghfirah 1427H.

InsyaALLAH, sama-sama mendo’akan kesejahteraan, keselamatan, kejayaan dan keamanan buat UMMAH dan ISLAM! Agar terus cemerlang, gemilang dan terbilang, amiin.

Hadanallah wa iyakum ajmain, Wa billahi taufiq wa al hidayah wa salamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Al faqiirah ila ROBBIha,
Bintu Yusof,
29 Sya’aban 1427H,
Auckland, Nueva Zelanda.

Wednesday, September 20, 2006

We need Ramadhaan

.


~*~ Notes on Welcoming Ramadhan ~*~

BismilLAH, alhamdulilLAH, wassolatu wassalamu
‘ala RasulilLAH Sholla ALLAHU ‘alaihi wassalam
,

Assalamu’alaykum warahmatulLAHI Ta’ala
wabarokaatuh
,

Especially for my dear Brothers and Sisters of ISLAM,



Ramadaan is an expansive and wide avenue for developing
one’s strength in all aspects;

*~ abstention from food... drink and passion during the day,
being patience on that, waking up in the night for prayers
and persevering over that throughout the month are some of
apparent means of strengthening one’s will.

*~ This is in fact a turning point which is an object of craving
for the people who have vision; those who humble themselves
for their
Lord and seek the way of approach to Him.

*~It is a change towards a better way of life; a change
from the ignominy of sins to the glory of obedience;
from weakness and laziness to seriousness and
resoluteness
; from bad customs and detestable
habits to pure and upright conducts
.

*~ Fasting contains elements of strength, resoluteness
and strong will
that are indispensable tools for one who wants
to attain high degrees and prosperity in this world and
the Hereafter
.

ALLAH Subahanahu wa Ta’ala says,



“O you who believe! Fasting is prescribed for you
as it was prescribed for those before you, that you
may become pious
.”

(Al-Baqarah 2:183).


~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Dear Brethren,

InsyaALLAH, the following will be an excerpt that I have
taken from a beautiful khutbah delivered by Abu
Uwais Abdullaah Ali
and transcribed by: Umm Hasna
Firdous Bint Jabir
, and insyaALLAH, it would be
a great pleasure for me to share it with all of you, my beloved
Muslims Brothers and Sisters.


~* Title: Benefits of Ramadhaan (We need Ramadhaan)
~* Lectured by :Abu Uwais Abdullaah Ali (Rahimahullaah)


TRANSCRIPTION:



Ramadhaan is a month of Forgiveness.

Ramadhaan is a month of Rahmah.

Ramadhaan is the month of generosity.

Ramadhaan, the month that Allaah subhaanahu wa
ta'ala
accepts the Tawbah of the servants, and the month
that Allaah blesses His servants.




We are in need of Ramadhaan to correct ourselves,
for we have forgotten Allaah tabarak wa ta'ala for the
majority of the year.

To correct ourselves for we have been neglectful.

To correct ourselves for we are not upon the remembrance
of Allaah.

To correct ourselves because our hearts have gotten
hard
, some hearts are dead, some hearts are sick, some hearts
are stone-cold, some hearts are black, getting no benefit
whatsoever
. Some hearts are so bad, and so ill that they see
a good as a Munkar
, (as an evil), and they see an evil as
a good
. These are not as they should be.




We need a Ramadhaan.

We need a Ramadhaan because our connection with
Allaah tabarak wa ta'ala is not correct.

We need a Ramadhaan because we do not have any
Khushoo or devotion in our Salaah.

We need a Ramadhaan because our Quran has dust
and is sitting on a shelf.

We need a Ramadhaan because we never read the books
of Sunnah
.

We need a Ramadhaan because we don't fast, and if we fast
physically without food or drink, we don't fast with our
eyes by lowering them and our tongue by not slandering
and our tongue by not lying and back-biting
.

We need a Ramadhaan to get ourselves back in order, to work
for the Hereafter, to connect ourselves to Allaah tabarak
wa ta'ala
.





We need a Ramadhaan because relationships brother
to brother and sister to sister is in a miserable condition.

We need a Ramadhaan because we have bad thoughts
about one another.

We need a Ramadhaan because of dhulm, injustice to
one another.

We need a Ramadhaan because there is backbiting,
there is envy, there is jealousy, and there is slander.

We need a Ramadhaan because we are despicable,
because we are sick, because we are ill. (All these are
diseases of the heart)

We need a Ramadhaan because we don't believe in
the promise of Allaah tabarak wa ta'ala, or if we do, we
do not implement it.

We need a Ramadhaan because it is time for us to
change and become something better then we are now.

We need a Ramadhaan because that is the only
thing that is going to get us together…

We need a Ramadhaan because we don't have unity,
there's no brotherhood

We need a Ramadhaan because there's no respect
for elders

We need a Ramadhaan because there's no real love
between us

We need a Ramadhaan, full of love and the Mercy
of Allaah
tabarak wa ta'ala.




A Ramadhaan like we come in, like in a clinic or
a hospital
, trying to solve our illnesses, trying to
come out of there without the disease we came
with
, trying to be better than we went in with.

We need a Ramadhaan. Look around you, look to
your right, look to your left, look in front of you and look
behind you and you'll say, "We need a Ramadhaan".

The sisters aren't covering properly, we need a Ramadhaan.
Brothers and sisters are mixing. We need a Ramadhaan.
Talking on phones and on the internet, we need a Ramadhaan.
This is a mess, we are in a fix, we are in a bind, and this is a problem…
We need a Ramadhaan. We need a Ramadhaan to get
ourselves together
.

We need a Ramadhaan, that we come in the Masjid and we
face the Qiblah and we say "Allaahu Akbar" and we stand
in qiyaamah a long time until those diseases, that filth,
that sickness, that hardness the heart goes away.


We need a Ramadhaan that reminds us of the Hell-fire.

We need a Ramadhaan that tells us that we haven't been
given a certificate that we are people of Jannah.

We need a Ramadhaan that lets us known that we are
servants of Allaah tabarak wa ta'ala.

And if we were to spend our whole life, from the time we were
born until Yawm al Qiyaamah in Sajdaah, it would not
be enough to thank Allaah for His Mercy, His Grace
and His Blessings
.

We need a Ramadhaan and it is clear. If there is any
fear of Allaah left in the hearts of ours and if there is any
hope of Jannaah left in us, and if there is any desire to
change and to be better and to be righteous
and to
come to the level of Ihsaan, to come to the level of
a Mu'min, to have taqwa, to fear Allaah … We need
a Ramadhaan
.




We need a Ramadhaan, a month of Tawbaah.

We need a Ramadhaan, a month of Maghfira.

We need a Ramadhaan to correct our behaviour,
to correct the differences & the difficulties and the envy
/ jealousies in our relationship between one another.

We need a Ramadhaan to understand that we have been
committing injustice to one another. And as the Prophet
(sallallahu alayhi wa sallam)
said : 'Az-Zulm (injustice)
– "Zulumaat yawmal Qiyaamah" –we'll be changed
physically into darkness on the Day of Judgement
.'

We need a Ramadhaan to understand the Hadith :
to fear the duaa of the one to whom we have done
injustice
. For there is not between Allaah and the person
making the invocation, the person making that supplication
of the person to whom injustice has been done, there is no
veil between that person and Allaah. That duaa is
immediately accepted
.

The oppressor is the one for whom things are not going right;
He is tripping into this and falling into that; He is Slipping
there and sliding here. Why I can't get ahead? Why I can't
progress in my Deen? Why I can't memorize this ayah?
Why I can't understand this hadeeth?
We may be living
under the invocation, the answer for invocation for someone
whom we abused or stepped over. You know you need
a Ramadhaan. I know I need a Ramadhaan. We know
we need a Ramadhaan. We need to get ourselves together.
We've been running around in filth, we have been having our hearts
around the low matters; We need our hearts to be around
the thrones of Allaah; We need to think about the high
matters, high goals; We need to think about Jannah;
We need a hope for al-Jannah
.

You're planning for marriage, you're planning for
education, you're planning for a job, but we need to
plan for the Jannah. We need to prepare for the Jannah
during the month of Ramadhaan.


"'Nahnu be haajathin Ma'aasa fir Ramadhaan."

We are in severe need for Ramadhaan, so that we come
into Ramadhaan with repentance
, we come into it with
regret
, we come into it realizing that we are weak, that we
need Allaah tabarak wa ta'ala to correct us
, realizing
that we are wrong
and that we need Allaah tabarak wa
ta'ala to place upon us that which is right
, realizing that
we are weak and that we need Allaah tabarak wa ta'ala
to grant us strength. We need a Ramadhaan
.

Oh Yes !! We need a Ramadhaan.





We needs nights of Qiyaam, we need dua and sujood,
we need nights of Ramadhaan to do thilawaah of Quran.

We need to listen to Husri, or Sudays or Shurain, or Hudhaifi.
We need a Ramadhaan to listen to the Quran. When
was the last time that we listened to the Quran?? When
was the last time we recited Quran? We need a Ramadhaan
to study Quran, to implement the Quran, and this
Ramadhaan may be our final Ramadhaan
. As one brother
spoke, I believe it is Abu Thasleem Hafidahullaah, where is
the guarantee that this is not our final Ramadhaan?
What is the guarantee that it is not our final Ramadhaan?
We have to come into it seriously
. And we want to come
out of it much better than we came into it. We want to come out
of Ramadhaan with Taqwa, because that was the
main reason that it was legislated.


"O you who believe fasting has been written upon you
as it was written for those before you, so that you may
gain Taqwa
."

Taqwa is fear of Allaah. If we had taqwa, our condition
will be better than it is now. If we had taqwa our
relationships would be smoother
, if we had taqwa …father
to son who is a Muslim, sister to brother who is Muslim, uncle,
aunt, niece and nephew who is Muslim, husband and wife who
are Muslims.. the relationships would be better if they
are based upon Taqwa
. And we can achieve Taqwa during
the month of Ramadhaan
. I don't believe that our hearts are
that hard, I don't believe that we can't change, I don't believe that
some of us who hold hatred for the last 10 years cannot learn to
love, and because we have been taught deceit and deception now
we can't learn to trust.


I don't believe that those brothers who have left circumstances
physically but have the teachings and the behaviours that they
had while they were up there, that they can't change. The sisters
who remove their bodies from the fitnah and physically remove
their bodies from a mistake, physically remove their bodies from
foolishness but their hearts have to follow. Be iznillaahi
tha'aalah !
Their hearts have to follow.





We need a Ramadhaan to inculcate these qualities. We
need to control our desires. We need to control our
tongue. We need to control our limbs. We need to
learn self-discipline. We need to control our anger.
We must do things in Ramadhaan not out of habit, something
that is just tradition., that we are more despicable when we
went in. We have to change our condition. We have to
change our connection with Allaah tabarak wa ta'ala.
For how light is the view of Allaah when they disobey
Him.
This is what was said by one of the sahabas when he had
the crown of the Persian King in his hand.

We need a Ramadhaan so that we can focus on the
Aakhirah -- Hereafter
and we give Naseehah and
advice to one another
that is of benefit and that our
talking and our mixing is just not about the Dunya, and what
you want to do in the Dunya and how you are gonna be in this
Dunya.





We need a Ramadhaan so that people learn to
inculcate in their children to be like Abu Bakr
As-Siddeeq, Umar al-Khattab, Sa'ad abi Ibn
Waqqas and like this. We need a Ramadhaan so
that they can study knowledge. This Ummah needs
another Bin Baaz, this Ummah needs another
Al-Albani, this Ummah needs another Muqbil,
this Ummah needs another Ibn Taimiyyah, this
Ummah needs all of these and more
.

You are gonna tell me that none of them can come
or no one like them can from our families? None
of them can come from us? Not everyone who comes
from us have to be Goofi. Can't our children speak
the Arabic language at a young age? Can't we put
in the hands of our children books that will benefit
the Ummah
.. the same love the Kaafir have for Harry
Potter and their imaginary books? Our hope is low. Our
desire is low.

We are supposed to be having high goals.

We should be looking at our kids Abdullaah and Abdurrahman
and saying : You might be Sheikh Naasir for this Ummah. We
should be saying when listening to Sudaisi and Shuraim that
it could be you leading the salaah in haram. We are supposed
to be having high goals. But until we brush off the dust, the
foolishness of the jaahiliyyah , the hastiness of the youth, the
bad characteristics that we have, we have to get rid of them ,
we have to change our condition, we need aRamadhaan.

We need our Qiyaam at night, we need recitation
of Quran, we need to sit together and talk together
only about the deen, not about the Dunya, we need
to worry about our status in the Aakhirah, in
the Hereafter. We need to wake up from our sleep.


Wake up Oh Sleepy one. !!

Our slumber has been too long. You got to wake up, take
wudoo, get within the caravan of Mohamed Ibn
Abdullah, Abu Bakr As-Siddeeq, Umar al-Khattab,
Ibn Taimiyyah – you have to get with it
. How long
are we going to stay sick? How long are we going to
be unsettled? How long are we going to have our
problems?


We need a Ramadhaan.

And let this Ramadhaan be the one where you come
out of it better, come out of it committed, come out of it
devoted, you come out of it with your head held high.

You are from the Ummah of the Prophet (sallallahu
alayhi wa sallam) and don't you forget it!!


Walhamdulillaahi rabbil aalameen.


Full text of the khutbah can be read at:

  • * http://pub20.bravenet.com/forum/1704255118/show/738403


    To listen to the audio at Masjid Tawheed Chicago, click o­n o­ne of the audio icons below.

    Benefits of Ramadhaan (we need Ramadhaan)
    Abu Uwais Abdullaah Ali [English]
     WinAmp  Windows Media Player  Real Player 
    [00:36:16]





    AlhamdulilLAH, insyaALLAH may this piece of writing
    benefit all of us, Muslims. Saamihni 'ala kulli hal.
    InsyaALLAH
    together let us all Muslims hands in hands
    pray to ALLAH Ta'ala so that HE save the UMMAH
    and grant glorious victory to ISLAM! Ameen.

    BarakalLAHUlakunna!

    Salam Ramadhan al Maghfirah 1427H

    Saamihni 'ala kulli hal,
    Wassalamu bilkhair ajma'in.


    al faqiirah ila ROBBIha,
    Bintu Yusof,
    26 Sya'aban 1427H,
    Auckland, Nueva Zelanda.
  • Salam Ramadhan al Maghrifah 1427H

    .
    BismilLAH, alhamdulilLAH, wassolatu wassalamu ‘ala RasulilLAH
    Sholla ALLAHU ‘alaihi wassalam


    Assalamu’alaykum warahmatulLAHI Ta’ala wabarokaatuh,

    Khas buat saudara/ri seaqeedah yang diri ini hargai dan hormati
    kerana ALLAH Subahanahu wa Ta’ala,

    Setulus bicara nan terbit dari strata sukma saya, diucapkan:




    Selamat menunaikan ‘ibadah shaum
    Selamat meraih rahmat, ampunan ALLAH Ta’ala
    Selamat kembali kepada fitrah
    Selamat meraih kemenangan dunia dan akhirah
    Selamat buat semua Ummah Muhammad s.a.w
    .

    Saudara/ri seaqeedah yang tidak pernah putus rahmat ALLAH
    sekalian,

    Adakalanya kita perlu menangis, agar kita tahu hidup ini
    bukan sekadar untuk ketawa.Adakalanya kita perlu ketawa,
    agar kita tahu menilai setitis air mata.

    Memasuki bulan Ramadhan al Mubarak 1427H ini, marilah kita
    belajar menangis di hadapan ALLAH Subahanahu wa Ta’ala.
    Memohon maghfirah-NYA agar di akhirat nanti kita bisa ketawa,
    berbahagia dengan ganjaran syurga-NYA, insyaALLAH
    .





    Maafkan saya juga famili atas segala kekhilafan, sebarang kesilap
    salahan
    :

    Sama ada kecil atau besar
    Sama ada banyak atau sedikit
    Sama ada dulu atau sekarang
    Sama ada sedar atau tidak sedari


    Mohon perbetul dan usah berat untuk teguri serta perbetuli kami di kala keperluan agar insyaALLAH sama-sama bawa pembaikan bukan sahaja buat diri bahkan UMMAH seluruhnya, amiin.

    Akhirul kalam..ayuh, kita sama-sama do’akan kesejahteraan,
    keselamatan, kejayaan dan keamanan buat UMMAH dan ISLAM
    sepelusuk buana, moga terus cemerlang, gemilang dan terbilang,
    insyaALLAH, amiin.


    Dan ayuh! Sama-sama mengucapkan dan sampaikan pada
    semua:





    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahra ramadan
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-qur'an
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-nur
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-ijtima`
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-fuqara'
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-tawbati wa al-ruju`
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-du`a'i wa al-wuquf
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-fuqara'i wa al-du`afa'
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-ihsan
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-`usat
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-fawzi wa al-falah
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-munajati wa al-tasbih
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-da`wati wa al-irshad
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-tarawiha wa al-qiyam
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-masabiha wa al-qanadil
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-khaza'ini wa al-kunuz
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-mala'ikati wa al-salam
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-iftari wa al-suhur
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-mutheerati wa al-asabb
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-du`afa'
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-ajri wa al-jaza'
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-sabri wa al-siyam
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-sa`ada
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-miftah
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-wasli wa al-wisal
    Marhaban ahlan wa sahlan ya shahr al-wadadi wa al-mahabba
    Marhaban ahlan wa sahlan ya sayyid al-shuhur
    lam na`rif qadraka wa lam nahfaz hurmataka ya shahr al-ghufran
    fa ardi `anna wa la tashku minna ila al-rahman
    wa kun shahidan lana bi al-fadli wa al-ihsan


    MasyaALLAH, alhamdulilLAH ‘ala kulli hal..





    Wassalamu’alaykum warahmatulLAHI Ta’ala wabarokaatuh.


    Salam Ramadhan al Maghfirah 1427H,


    Ikhlas daripada,
    Famili Haji Yusof (Darul Iman)
    Bintu Yusof (Nueva Zelanda)


    ~*~*~*~

    p/s: "The long list Sacred Month of Ramadan's greetings are
    adapted from Bro.Edam (http://people.tribe.net/ademozgur?
    _click_path=Application[tribe].Person[%24personId)

    Sunday, September 03, 2006

    KeCEMBURUan..nilaian..satu perletakan..

    .
    Paduan Buah Fikir & Suara Karya: Habib Abu Nadia
    dan Tarbawi125


    Getusan idea lelaman: http://www.elazhar.net/ dan http://www.kotasantri.com

    Penyusun editan dan olahan translasi: Bintu Yusof




    Sebermula dengan lafaz yang mulia,
    BismilLAH Ar Rahman Ar Rahim
    diharapkan penggarapan nukilan penulisan ini ada manfa’atnya
    bukan sahaja buat diri saya bahkan saudara/ri seaqeedah yang
    dirahmati ALLAH Ta’ala sekalian, insyaALLAH.

    ALLAHumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala
    aalihii wasohbihi wa baarik wassalim. AlhamdulilLAH
    ..

    Saudara/riku, ...
    Hingga saat ini, ketika mata kita membaca kalimat demi kalimat
    tulisan ini, pernahkah kita berfikir setinggi mana titik keutamaan
    yang ada dalam jiwa, antara keredhaan ALLAH Ta’ala dan
    kehendak nafsu kita? Antara kemestian tunduk total
    pada Allah Ta’ala
    dan hasrat kita yang bertolak
    belakang dengan ketundukan pada Allah Ta’ala
    ?

    Penting sekali masalah seperti ini menjadi bahan perenungan
    rohani kita, sementelahan bila mana insani lebih cenderung
    memenuhi hasrat duniawi , secara tidak langsung ia juga
    meminimalkan keta’atan dan ketundukan kepada ALLAH Ta’ala.
    Keadaan ini ada digarapkan pada siratan nasihat seorang salafus
    sholih
    yang bernama Malik bin Dinar rahimahulLAH.
    Yang maksudnya:

    Sebesar mana kadar kesedihanmu untuk urusan
    dunia, maka sebesar itu pulalah akan terusir obsesi
    akhiratmu. Samalah jua dengan sebesar mana kadar kegelisahanmu untuk urusan akhirat, maka sebesar
    itu pulalah akan terbuang obsesi duniamu
    .”


    Saudara/riku yang tak pernah terputus
    dari rahmat Allah
    , ...
    Tidak ada yang lebih cemburu daripada ALLAH Subahanahu
    wa Ta’ala
    kepada hamba-NYA yang mengikuti keinginan
    selain-NYA. Perhatikanlah sabda Rasulullah s.a.w. yang
    bermaksud:

    "Sesungguhnya ALLAH cemburu dan orang berIman
    pun cemburu. ALLAH akan cemburu apabila seseorang
    melakukan apa yang di haramkan
    ."

    (HR. Ahmad, Muslim)

    Kecemburuan ALLAH SWT, seperti disabdakan oleh Rasulullah
    SAW
    adalah ketika ada hamba yang lebih mengutamakan makhluk
    dari-
    NYA. Kecemburuan ALLAH SWT bahkan lebih besar ketimbang manusia yang paling cemburu. Sehingga pernah suatu
    saat, ketika terjadi gerhana matahari, Nabi shallallaahu alaihu
    wa sallam
    bersabda di dalam khutbahnya yang bermaksud,

    "Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang
    lebih cemburu dibanding ALLAH
    ."

    (Muttafaq 'alaih).

    Saudara/riku, ...
    Rasulullah SAW itu juga pencemburu. Lalu, suami sholih
    dan istri sholihah
    juga pencemburu. Suatu ketika, Sa'ad bin
    Ubadah
    berkata, "Seandainya aku menemukan seorang
    laki-laki bersama isteriku tentu aku tebas ia dengan
    pedang, bukan dengan lempengnya tetapi dengan mata pedangnya
    ".





    Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda
    yang bermaksud, "Apakah kalian merasa hairan dengan kecemburuan Sa'ad? Sesungguh-nya aku lebih cemburu
    dibanding dia, dan ALLAH lebih cemburu dibanding aku
    ."

    (Muttafaq 'alaih)

    Para shahabat nabi benar-benar berpegang teguh
    kepada sikap (rasa) kecemburuan
    ini, kerana cemburu
    (ghirah) mempunyai kedudukan yang sama dengan kewajiban
    dan cabang-cabang Iman lainnya. Manakala tentang
    kecemburuan isteri sholihah, suatu saat Rasulullah SAW
    bertanya kepada Aisyah r.a.,

    "Apakah engkau pernah merasa cemburu?"

    Aisyah Menjawab,

    "Bagaimana mungkin orang seperti dirirku ini tidak
    merasa cemburu jika memiliki seorang suami seperti
    dirimu."


    (HR. Ahmad di dalam Musnadnya dan Iman Muslim).


    Saudara/riku, ...
    Mukmin yang shalih juga pencemburu. Ibnu Hisyam meriwayatkan, bahawa ada seorang wanita Arab membawa
    barang dagangannya untuk dijual di Pasar Bani Qainuqa'
    (salah satu suku Yahudi Madinah). Ia duduk berdekatan dengan
    tukang perhiasan emas dan perak. Lalu sekelompok orang Yahudi
    datang dan bermaksud akan menyingkap wajahnya, namun wanita
    itu menolak keras. Kemudian, secara diam-diam si tukang perhiasan
    tadi mengikatkan ujung pakai wanita itu ke punggungnya,
    sehingga ketika si wanita itu berdiri auratnya tersingkap dan ia
    pun berteriak. Mendengar jeritan itu, seorang lelaki
    Muslim melompat menyerang dan menindih lalu
    menghabisi nyawa tukang perhiasan jahat tadi.

    Akibatnya, sekelompok orang Yahudi menge-royok lelaki
    Muslim itu hingga tewas.

    Mendengar peristiwa itu, Rasulullah Shallallaahu
    alaihi wa Sallam langsung berangkat bersama
    sejumlah pasukannya dan mengepung Bani Qainuqa'
    ,
    sehingga akhirnya mereka menyerah dan Nabi mengusir
    mereka ke Negeri Syam
    . Para ulama terdahulu (salaf)
    dan kaum Muslimin menjunjung tinggi sikap mulia
    ini (cemburu), mereka tidak pernah menganggapnya remeh meskipun di dalam masa-masa tertindas.


    Ketika kaum salibis Nasrani menjajah sebahagian negeri mereka
    selama hampir dua abad lamanya, suatu rentang waktu yang
    cukup panjang dan kondisi kaum Muslimin telah dianggap rapuh
    serta lemah, sedang-kan kaum salibis kuat dan akan tetap tinggal
    di negeri jajahan itu sampai turunnya Isa al-Masih. Namun
    kenyataannya, kaum Muslimin tetap tegar memegang
    teguh sikap (rasa) kecemburuan
    . Sementara itu, kaum
    Nasrani salibis sama sekali tidak mempunyai rasa
    cemburu
    (dayyuts). Seorang di antara mereka berjalan-jalan
    bersama isterinya, lalu di tengah jalan sang isteri berjumpa
    dengan teman lelakinya, maka sang suami menyingkir untuk
    memberi kesempatan kepada isterinya bersukaria dengan lelaki
    tadi.



    Semoga ALLAH Ta’ala melindungi kita. Sungguh sangat memprihatinkan, di negara kita yang majoriti penduduknya
    Muslim ini sudah terlalu jauh meninggalkan rasa cemburu. Pergaulan bebas dan berbaur antara laki-laki dengan perempuan
    yang bukan mahram sudah menjadi tradisi, bahkan banyak
    orang tua yang membiarkan puteri-puteri mereka
    keluar malam bersama lelaki
    (kawan/teman lelaki) hingga
    larut malam. Dan yang lebih parah lagi adalah adanya sebahagian
    orang tua yang membiarkan puteri-puteri mereka hamil di luar
    nikah tanpa ada rasa malu sedikitpun, apa lagi mau cemburu!
    Malah bangga, karena puteri mereka sudah mempunyai
    teman lelaki (boyfriend),
    dengan alasan gaul/sosial.

    Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
    telah bersabda, yang ertinya:

    "Ingatlah! Tiada seorang lelaki yang berdua-duaan
    dengan seorang wanita melainkan syaitanlah yang
    menjadi pihak ketiganya
    ."

    (Riwayat Ahmad dan at Tirmidzi)

    Sebahagian lagi ada yang acuh tak acuh, bahkan bangga
    kalau puterinya berpakaian setengah badan lagi span,
    hingga tampak seksi dan menggiurkan lawan jenisnya. Na'udzubillah
    . Sungguh betapa makin jauh umat ini dari akhlaq
    yang mulia dan dari tuntunan agamanya, termasuk di antaranya rasa cemburu. Termasuk bentuk terkikisnya rasa cemburu
    adalah seorang laki-laki membiarkan isteri atau wanita
    yang menjadi tanggung jawabnya ke luar rumah dengan membuka pakaian hijab/jilbab
    , menampakkan sebahagian auratnya atau menampakkan bentuk tubuh dan warna
    kulitnya
    . Termasuk juga membawa isterinya ke tempat
    -tempat umum yang terjadi ikhtilat
    di sana seperti pesta
    -pesta, sehingga isterinya menjadi sorotan dan sasaran pandangan
    kaum lelaki, juga membiarkan mereka melakukan safar
    (perjalanan jauh) tanpa disertai mahram.

    Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda,
    ertinya,

    "Jangan sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan
    seorang wanita, melainkan dia beserta mahramnya
    dan janganlah seorang wanita itu melakukan safar,
    kecuali bersama mahramnya
    ." Maka seorang laki-laki
    berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah sesungguhnya
    isteriku pergi haji, sedangkan aku sendiri telah
    diwajibkan ikut di dalam peperangan ini dan ini
    ,"
    maka baginda s.a.w. bersabda, ertinya, "Pergilah
    berangkat haji bersama isterimu
    ."

    (HR al Bukhari-Muslim)

    Saudara/ri seaqeedah yang dirahmati ILAHI,
    Salah satu sifat lelaki yang sholih adalah pencemburu,
    kerana hal itu mengisyaratkan adanya perasaan cinta.
    ISLAM memuji lelaki yang memiliki rasa cemburu dan
    mencela orang yang tidak memilikinya.
    Selain
    menganjurkan rasa cemburu, ISLAM juga memberikan
    batas-batasnya.
    Yang mana bila batas-batas ini dilanggar,
    rosaklah kebahagian rumah tangga. Suami yang sholih
    harus mampu memahami hal ini, agar dapat mewujudkan
    kehidupan yang sakinah, mawadhah, dan rahmah.
    Memang haruslah demikian agar seorang Mukmin mempunyai
    sifat dan berperangai Ilahiyah dan Nabawiyah ini. Adapun
    orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, dia tidak dapat menjaga kehormatan isterinya/suaminya. Ia sekadar bersikap acuh tak acuh
    apabila mendapati isterinya bersolek dan memakai minyak wangi
    ketika akan pergi ke tempat umum, mempamerkan rambutnya, memperlihatkan tubuhnya/auratnya, dan berbicara dengan
    dibuat-buat agar menarik perhatian.

    Perbuatan seperti itu adalah perbuatan tercela sebagai
    mana dalam sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
    wa Sallam
    , yang maksudnya:

    " Tiga golongan yang bakal tidak masuk syurga :
    orang yang derhaka terhadap ibu bapanya, Duyuts
    (orang yang tidak mempunyai rasa cemburu),
    dan perempuan yang menyerupai laki-laki
    ."

    ( HR. Nasai dan Hakim).


    Saudara/riku,
    Pesona wanita muncul bukan dengan menampakkan auratnya
    atau bergaul dengan serba bebas. Bukankah ALLAH TA’ALA
    telah menurunkan pakaian untuk menutupi aurat dan menjadikannya
    indah untuk perhiasan. Dan pakaian Taqwa itulah yang terbaik .
    Lebih dikenal dalam dunia tarbiyah, wanita yang demikian disebut
    akhwat (baca; wanita sholihah), untuk membedakan dengan
    wanita yang ammah.

    Renungi firman ALLAH Subahanahu wa Ta’ala yang
    bermaksud:

    Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian
    indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
    paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
    tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
    selalu ingat
    .”

    (Surah Al A’raf; 7:26)





    Dari analisis psikologi, sebenarnya para akhwat berjilbab
    itu lebih menarik dan mempesona bagi semua laki-laki
    normal
    . Hal ini kerana dalam diri laki-laki ada identifikasi bahawa
    calon isteri mereka kelak harus mempunyai sifat ‘aqeedah,
    dan akhlaq yang baik
    . Perlu diperhatikan bahawa jilbab bukan
    lakon sandiwara yang membuat seseorang menjadi orang lain saat memakainya. ISLAM tidak menghapuskan karakter-karakter khas
    dari peribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan ‘aqeedah
    ketika ia memutuskan berISLAM.

    Laki-laki seharusnya juga tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan keadilan syariat ALLAH Subahanahu
    wa Ta’ala
    . Menjaga tanpa mengekang, menghormati kebebasan
    namun tetap melindungi, serta memberikan rasa nyaman sekaligus
    aman. Tentunya dengan naungan sebuah pernikahan.

    Firman ALLAH subahanahu wa Ta’ala yang bermaksud:

    Dan kahwinkanlah orang-orang yang sendirian di
    antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkahwin)
    dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba
    -hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
    miskin ALLAH akan memampukan mereka dengan
    kurnia-NYA. Dan ALLAH Maha luas (pemberian-NYA)
    lagi Maha Mengetahui
    .”

    Surat An Nur ayat 32 tersebut menekankan pernikahan
    sebagai penjagaan para pemuda dan pemudi dari gejolak-gejolak
    yang luar biasa yang mereka alami di usia lembabnya. Tentu
    dengan persiapan yang matang. Namun ketakutan terbesar
    untuk menikah adalah pada persiapan kewangan (financial).
    Dan bukankah ALLAH akan membuat mereka kaya
    dengan karunianya ?


    Ketika aturan-aturan ALLAH Subahanhu wa Ta’ala dilanggar,
    ketika ISLAM dan kaum Muslimin dianiaya dan dilecehkan,
    seharusnya hal itu membangkitkan rasa cemburu kita,
    untuk selanjutnya bangkit dan membela kehormatan
    ISLAM dan kaum Muslimin
    , di manapun mereka berada.





    Agaknya rasa cemburu terhadap agama sudah mulai
    luntur dalam kehidupan masyarakat saat ini
    . Sebahagian
    mereka tidak lagi cemburu ketika para isterinya bercengkrama
    dengan laki-laki lain, atau malah sang suami yang memberikan
    ruang dan waktu untuk terjadinya hal itu. Tidak ada rasa cemburu
    ketika anak perempuannya keluar berduaan entah ke mana dengan
    laki-laki asing yang bukan mahramnya, apalagi cemburu
    saat ISLAM dan kaum Muslimin dihina dan diserang
    oleh para penjajah kafir, seperti saat ini
    .

    Sampai bilakah Umat ini akan terus dizalimi?
    Sampai bilakah Umat ini akan terus teranianya tanpa
    mampu berbuat apa-apa, akankah kita hanya menunggu keajaiban atau kita harus berbuat, melakukan sesuatu,
    dengan kecemburuan kita?


    ...fikir-fikirkanlah...saamihni 'ala kulli hal,
    inni al faqiirah ila ROBBIha, 10 Syaaban 1427H-Auckland.
    Wassalamu bilkhair ajma'in, bersama do'akan UMMAH!
    Powered by ClockBot.com }