Agar Bidadari Cemburu Padamu
Assalamu’alaykum warahmatulLAHI Ta’ala wabarokaatuh
Syukur pada ALLAH sebelum meninggalkan BUMI DARUL
IMAN ini, biiznilLAH disempatkan saya menukilkan satu lagi
perkongsian ‘ilmiah yang amat indah, sungguh kerinduan rasanya
ingin dikongsikan bersama saudari Muslimah yang saya kasihi
sekalian.
Ia adalah petikan-petikan indah nian yang saya peroleh daripada
salah sebuah buku yang kini dalam proses ulangan bacaan saya
buat penghayatan yang lebih mendalam, bertajuk :
"Agar Bidadari Cemburu Padamu"
oleh Akh Salim A.Fillah.
Terbitan: Pro-U Media (pro-u@eramuslim.com)
MasyaALLAH sukar untuk saya gambarkan kebahagiaan yang
dikecapi tatkala membacanya, namun sudah tentu tak ada tolok
banding dengan kalamulLAH, oleh sebab itu tiadalah sama
sekali petikan-petikan ayatul Quran ini dipinggirkan dalam
setiap penulisan di web ini, sebab ialah madah dan surat CINTA
yang terbaik buat insan. Tak pernah jemu diulang baca siang
malam..subahanalLAH! ALhamdulilLAH! ALLAHu AKHBAR!
Baiklah, saudari Muslimah, ayuh sama-sama kita hayati dan
usaha membina pribadi Mukminah Sholihah, yang dicemburui
bidadari, ikhlas kita pada ALLAH, DIA bantu kita, insyaALLAH.
BERUSAHALAH!!
* * * * *
Dengan basmalLAH saya mulakan tampilan pena Akh Salim..
BismilLAH…
"Ada kata yang merangkum kesetaraan, perhatian, dan cinta..
Laki-laki dan perempuan.
Saling mengenal, saling memahami,
saling bantu, bergandeng tangan (ups!)
Saling menanggung dan cekatan mendahulukan.
Serasi..!
Lalu?
Harusnya kau tahu,
bidadari bisa cemburu.
Itu tantangan.
Untuk mendekatkan sumbu potensi diri
dengan nyala suci ruh kesholihan
Agar bidadari cemburu padamu?
Bukan dengan tebar pesona fisik tentu.
Karena pasti muke' lu jauh, he he he..
Tak jua dengan memenjara diri antara dapur, kelambu dan sumur;
karena ALLAH dan Rasul tak pernah bermaksud begitu.
* * * * *
Apa iya bidadari bisa cemburu?
Dari Mu'adz ibn Jabal, ia RadhiyalLAHU 'anhu berkata,
"RasululLAH Sholla ALLAHU 'alahi wassalam bersabda yang
maksudnya: "Tiada seorang isteri menggodai suaminya, melainkan
calon isterinya di syurga berkata: "Jangan gangu dia, semoga ALLAH
membunuhmu...Ia hanya sementara di sisimu dan hampir
meninggalkanmu untuk kembali kepada kami"
(HR At Tirmidzi).
* * * * *
...Logika yang dipakai adalah bidadari cemburu kepada wanita
dunia, karena wanita dunia unggul atas mereka. Keunggulan
yang digambarkan RasululLAH sebagai kelebihan yang tampak
atas sesuatu yang tidak terlihat.
Aku bertanya,
“Ya RasululLAH, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah
bidadari bermata jeli?”
Baginda menjawab yang maksudnya,
“ Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari
seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat.”
Aku bertanya,
“Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?"
Baginda Sholla ALLAHU ‘alahi wassalam menjawab:
“Karena shalat mereka, puasa dan ‘ibadah mereka kepada ALLAH.
ALLAH meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah
kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau,
perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisinya terbuat
dari emas. Mereka berkata, “Kami hidup abadi dan tidak mati.
Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu
mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan
tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang
yang memiliki kami dan kami memilikinya.”
(HR Ath Thabrani, dari Ummu Salamah)
Pada lintasan hidup kita, mencipta kecemburuan bidadari tak
hanya di sa’at suami sudah ada di sisi. Ia mulai dari awal masa
taklif (pembebanan tugas dari ALLAH kepada hamba-NYA)
sebagai wanita, atau bahkan jauh sebelumnya. Maka
mempersiapkannya sejak sa’at ini, berapapun usia anda,
adalah langkah tepat yang sememangnya harus dilakukan.
* * * * *
“Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka
diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok
dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika
kalian paksa diri untuk meluruskannya ia akan patah. Tetapi
jika kalian mendiamkannya ia akan tetap bengkok. Karena itu,
wasiatkanlah kebaikan kepada para wanita”
(HR Al Bukhari, dari Abu Hurairah)
Jangan su’uzhzhan (bersangka buruk) pada hadith ini, saudariku.
Ia tak pernah bermakna engkau penuh kekurangan sehingga
perlu diwasiati dengan kebaikan. Bukan. Adalah hak bagi setiap
yang bernafas untuk mendapatkan wasiat kebaikan. Bukankah
kerugian justru ALLAH letakkan dengan sumpah bagi manusia
yang tidak berIMAN, tidak ber’amal shalih dan tidak saling
berwasiat dengan al haq dan kesabaran?
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang berIMAN dan ber’amal Shalih. Dan
mereka yang saling berpesan-pesan dengan kebenaran dan
saling berpesan-pesan dengan kesabaran”
(Al ‘Ashr: 1-3)
Melalui hadith ini, ISLAM mengangkat kaum wanita dari peminggiran
peran, fungsi dan posisi. Ia tuntun kaum wanita dari dapur dan
ranjang jahiliah menuju perpustakaan ‘alam semesta yang penuh
ayat-ayat keagungan-NYA. Ia sapa mereka yang dulu hanya bisa
membisu dan menuli di sudut kelambu kegelapan. Ia ajak mereka
mengfungsikan telinga, penglihatan, dan ‘aqalnya untuk mewaswas
pelbagai wacana keshalihan. Ia dudukkan mereka sejajar dengan
pria untuk berdiskusi, saling mengingatkan, saling memberi wasiat
(pesan) tentang kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
Syair yang saya bawakan berikut ini, -bagi saya sangat indah.
Begitu indahnya sampai saya lupa siapa penulisnya, AstaghfirulLAHal
‘Adhim. Semoga beliau, sang penulis, ridha ketika syair itu menggenapkan
kesempurnaan rasa bagi buku ini.
Bukan dari tulang ubun ia dicipta
Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjungdan puja
Tak juga dari tulang kaki
Karena nista menjadikannya diinjak dan diperbudak
Tetapi dari rusuk kiri
Dekat ke hati untuk dicintai
Dekat ke tangan untuk dilindungi
SubahanalLAH, indah ya?..Mendengarnya, badan jadi terasa
ringan dan nyaris terbang. Mari segera lanjutkan petualangan
kita. Sekarang kita mendarat di pulau ‘amal shalih. Di sinilah
laki-laki dan perempuan berdampingan (ups!), menjalankan
amanah ALLAH, menikmati kehidupan yang baik, mendapatkan
balasan yang jauh lebih baik dari sekadar apa yang mereka
kerjakan.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan” – (An Nahl: 97)
Dan akhirnya, perjalanan indah bersama nilai-nilai ISLAM
itu berlabuh di tiupan nafas terakhir yang lembut, husnul
khatimah yang menghantar mereka ke kebun-kebun syurga,
memetik buahnya, tanpa merasa teraniaya sedikit pun.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik
laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman,
maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikitpun” – (An Nisa’: 124)
Di sini, mereka tak perlu lagi hitung ini hitung itu. Karena
karunia ALLAH, sapaan lembut-NYA, mata air mata air
syurga, sungainya, naung pepohonnya, buahnya dekat
sedekatnya, suteranya hijau dan tebal, dipan kencana,
permaidani, mahligai-mahligai, mimbar cahaya, bujang-
bujang dengan piala layanan, semuanya.. Semuanya
dikaruniakan ALLAH tanpa perhitungan..
* * * * *
…Saya kagum pada beberapa akhwat yang MENUNJUKKAN
KEMULIAAN SEJAK DIAJAK PACARAN. Saya dengar ini
dari beberapa rekan. Konon ada akhwat yang ‘ditembak’
seorang pemuda, maka yang beliau katakan adalah
KEMULIAAN.
“Boleh aja kita pacaran. Tapi kamu lamar aku dulu ke ayahku,
terus kita nikah deh. Nha, habis itu baru, PACARAN NIKMAT
SESUAI SYARI’AT!”
ALLAHU AKHBAR!
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,
dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji
(pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki
yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita
-wanita yang baik (pula).” – (An Nur: 26).
* * * * *
Aminah Qutb menuliskan sya’ir kenangan untuk suaminya
tercinta, As Syahid Kamal Asy Syananiri, Mujahid Da’awah
yang agung, guru dari Syaikh Dr. ‘AbdulLAH ‘Azam dalam
“Risalah ila As Syahid”.
Syahidnya adalah kemenangan atas kebathilan yang memenuhi
wajah bumi, menjadi lentera bagi jalan yang dilalui para da’ie
menuju al Haq.
Aku tidak menunggu kepulangan dan janji-janji sore
Aku tidak menunggu kereta kan kembali membawa
sececah harap
Kautinggalkan aku mengharungi hari-hari dalam
kebisuan derita
Kau lihatkah bahawa rinduku untuk syurga atau
cinta kelangitan
Kaulihatkah bahawa janji itu untuk ALLAH
Sudah tibakah sa’at pemenuhannya?
Sebagai pemabuk yang cinta mendengarkan
panggilan.
Kaujumpaikah di sana para kekasih?
Apa warna pertemuan itu?
Dalam hijaunya syurga, dalam firdaus dan gemuruh karunia
Di negeri kebenaran kalian berkumpul
Dalam damai dan perlindungan
Jika memang karena itu, selamat datang kematian
tergilas darah
Akankah aku menemuimu di sana, tinggalkan
negeri derita
Ya, kan kutemui kau di sana
Janji yang diyakini orang-orang jujur
Kita dapatkan balasan, atas hari-hari yang kita lalui
Dalam derita dan cobaan
Kita kan dijaga dalam kebaikan
Tanpa takut perpisahan dan kefanaan
* * * * *
Pada suatu Ramadhan ,
Ustadz ‘Umar Tilmisani diundang untuk menghadiri
pertemuan di Iskandariah. Para pengundang menyiapkan
hidangan berbuka puasa untuk beliau. Di antara hidangan
terdapat jus mangga. Salah seorang ikhwan menyungguhkan
segelas jus mangga kepada beliau. Beliau meminta ma’af
sambil mengatakan bahawa beliau tidak dapat menerima
dan meminumnya. Sebagian hadirin memerhatikan adanya
perubahan pada air muka beliau. Mereka pun bertanya,
“Apakah ustadz alergi pada jus mangga. Ataukah jus mangga
bisa menggangu kesehatan ustadz?”
“Tidak…,” jawab beliau.
Setelah berbuka, hadirin begitu penasaran mengapa beliau
tidak mahu meminum jus mangganya. Mereka terus mendesak
beliau untuk menjelaskannya.
“Apabila saya terlambat pulang kerja,” kata beliau,
“Al Marhumah isteri saya selalu menunggu dengan sabar sembari
menyiapkan dua gelas jus mangga. Kemudian kami berdua
meminumnya bersama-sama. Sekarang, isteri saya sudah wafat.
Saya tetap merasa berat untuk meminum jus mangga sendirian.
Saya tak bisa meminumnya tanpa dia.”
“Saya,” lanjut beliau, “Selalu memohon kepada ALLAH
agar IA mempertemukan kami berdua di syurga. Lalu,
kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga...”
SubahanALLAH!
* * * * *
Saya kira, bukan sekedar untuk membuat bidadari cemburu
pada kita. Apa untungnya? Hanya kepuasan batin sesaat
yang tak bernilai.
Ada wanti-wanti di jauh-jauh hari yang dilakukan RasululLAH
Sholla ALLAHu ‘alaihi wassalam berkait dengan sesuatu
perbuatan. Dari sini kita tahu betapa agung nilai sebuah
keniatan dalam perhitungan dilakukan ALLAH untuk membalas
perbuatan hamba-NYA.
“Sesungguhnya ‘amal itu bertali dengan niatnya. Dan sungguh
bagi setiap diri terdapat balasan seperti apa yang diniatkannya.
Maka barangsiapa yang berhijrah karena dan untuk ALLAH
dan Rasul-NYA, maka hijrahnya adalah kepada ALLAH dan
Rasul-NYA. Tetapi barangsiapa, yang hijrahnya karena dunia
yang ingin diraihnya, atau sebab oleh wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya adalah pada apa yang ia niatkan
untuk hijrah padanya.”
(Muttafaq ‘Alaih, dari Umar RadiyalLAHU ‘anhu)
Jika semangat perbaikan diri itu bisa dihadirkan dengan
kecemburuan bidadari, maka tak apalah ia menjadi terapi.
Tak apalah ia menjadi riak ombak pembangkit niat suci.
Selanjutnya bagaimana kita menghayati makna kata IKHLAS.
IKHLAS hanya untuk dan hanya karena ALLAH Subahanahu
wa Ta’ala.
Kemudian, kalau memang bidadari yang cemburu pada kita
atas keshalihan demi keshalihan yang kita gapai, maka
biarlah ia cemburu. Biarlah itu menjadi resiko menempuh
jalan keBENARan, keSUCIan, dan keMULIAan yang telah
kita azamkan ini. Persis, seperti petani yang mendapat padinya
diselai rumput, lalu menjadikannya makanan ternak. Biarlah
bidadari cemburu pada kita, toh kita tak tahu apa yang sedang
dilakukannya di sana.
Kalau keunggulan kita atas bidadari, seperti kata RasululLAH,
ada dalam shalat, ruku’, sujud dan segala aktivitas ‘ibadah kita,
maka kemudian kita akan berikrar seperti yang diperintahkan
ALLAH:
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah)." - (Al An’am: 162-163)
Demikianlah yang diperintahkan kepadaku. Hidupku untuk-MU,
apalagi matiku…Karena aku rindu pada ridha-MU.
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka
dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
- (Al Bayyinah: 8)
Kerinduan, ya..kerinduan. Kerinduan menjadi nikmat yang
menyambung asa harapan orang-orang berIMAN. Cita-cita
besar para Mujahid selalu berangkat dari terminal kerinduan.
Dan unik, terminal rindu itu selalu dibawa serta selama perjalanan.
Rindu, anugerah ALLAH untuk sumbu potensi dan pemantik
api keSHALIHan, agar segera bertemu dalam perbaikan diri.
Lalu akhirnya, ia bermuara pada satu lagi kerinduan.
Kerinduan akan sebuah sambutan:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada TUHAN-mu dengan
hati yang puas lagi diridhai-NYA. Maka masuklah ke dalam
jama'ah hamba-hamba-KU. Masuklah ke dalam syurga-KU.”
- (Al Fajr: 27-30)
Bumi ALLAH,
Sebelum usiaku tak lagi kepala satu,
Salim Akhukum FilLAH.
(*Salim A.FilLAH merupakan penulis muda dengan gaya
bahasa yang khas dan telah mendapat tempat tersendiri di
kalangan pembaca. AlhamdulilLAH “Agar Bidadari
Cemburu Padamu” adalah karya pertamanya yang saya
temui & baca, insyaALLAH akan diusaha mencari buku
pertama hasil pena akh filLAH itu bawah tajuk “Nikmatnya
Pacaran Setelah Menikah”, moga ada khairnya insyaALLAH,
biiznilLAH bisa bawa perkongsian lagi sesama akhowat
Muslimah nanti. WalLAHU’ALAM.)
* * * * *
AlhamdulilLAHI Ta’ala,
Demikianlah sedikit sebanyak yang dapat saya kongsikan
pada ruang lingkup masa yang tiada seberapa ini bersama
saudari Muslimah kehormat sekalian. InsyaALLAH, bisa
ketemu lagi di lain lembaran. Kemaafan saya pohon atas
sebarang kekurangan dan kesilapan, maaf kerana saya
tiada mengalih bahasa penulisan itu, kerana saya yakin
insyaALLAH bicara sang penulis itu mudah difahami
tanpa butuhi saya olahi lagi.
Akhirul kalam..
saya kongikan 2 mutiara tazkirah kiriman
sedari di perantauan yang hingga kini saya simpan kemas
dan erat sebagai barometer diri pengislahan, alhamdulilLAH.
Saudariku, terimalah tanda kasih seorang Muslimah padamu
ya ukhti al habibah; sebuah perkongsian nan indah untuk
wanita sholihah pendamba syurga, pembuat iri bidadari …
“Jadilah wanita Sholihah, perempuan acuan al Quran,
Hurrun Ein Syurga sebelum Syurga. Bakal seorang
ibu bukan sebarang ibu! Bakal seorang isteri Mithali
yang boleh menyerahkan diri…Bintang hati bakal
suami…terus bersinar dan istiqomah menyinari…
menjadi Mujahidah yang menghayati perjuangan,
yang mana perasaan, percakapan dan tindakannya
telah dikuasai kesanggupan terhadap perjuangan
demi ALLAH. Mukminah yang punya ta’alluq
bilLAH yang kuat. Puteri Hawa kesayangan
Adam”.
Dan
“Jadilah wanita yang bakal menjadi Ummi
Sholihah, pewaris keTAUHIDan ISLAM!”
AlhamdulilLAH..moga ALLAH memberkati penulis
-penulis dan pengirim asalnya itu, barakalLAHU lakum! Serta usah
dilupa ya, do’akan kesejahteraan UMMAH sama!
Saamihni ‘ala kulli hal, siiru ‘ala barokatilLAH!
Wassalamu’alaykum warahmatulLAHI wabarokaatuh.
al faqiirah ila ROBBIha,
Bintu Yusof,
4 Safar 1428H (22 Feb 07)
Khamis, ba’da ‘Asar.